Wisata Budaya dan Kuliner di Temanggung






1.Pasar Papringan

                           
                                         
    


     

Pasar Papringan Ngadiprono merupakan sebuah pasar tradisional yang berbeda dengan pasar pada umumnya karena pasar ini di gelar di area kebun bambu. Pasar papringan ngadiprono berlokasi di dusun ngadiprono, desa ngadimulyo, kecamatan kedu, kabupaten temanggung, provinsi jawa tengah. 
Papringan buka setiap Minggu Wage dan Minggu Pon dari pukul 06.00 sampai 12.00. Artinya, dua kali selama 35 hari. Pemilihan hari buka ini berdasarkan pada filosofi penanggalan Jawa. Adapun pasar dibuka dalam waktu yang tak berdekatan untuk menjaga kualitas.

Selain itu, transaksi di pasar ini juga tidak menggunakan uang rupiah tetapi menggunakan mata uang terbuat dari bambu yang di sebut “keping pring”.

                                 




2. Jumat Pahing

MENGGORO adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung. Sebuah kecamatan yang ada di lereng gunung Sumbing (3.371 m dpl).
Sebuah tradisi unik sejak dahulu hanya ada di Masjid Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, tradisi yang bisa dijadikan Wisata Religi, yaitu Malam Jemuah Pahingan atau Malam Jum’at Pahing, Desa ini menjadi salah satu daya tarik wisata religi.

                                           

 Acara jumat pahing yang rutin diadakan setiap satu bulan sekali ini selalu ramai.bukan hanya kehadiran pengunjung tapi juga puluhan pedagang yang tidak hanya berasal dari daerah itu tapi juga dari luar daerah tersebut.

                                                                              cucur
 



mulai dari pedagang makanan khas desa menggoro seperti brongkos kikil,cucur,onde-onde, pedagang mainan anak-anak, sampai pakaian dan kerajinan khas pernak pernnik ada semua. Mereka biasa datang dari sore hari kira-kira pukul 16.00 sampai pagi harinya. Masalah menginap di wilayahitu, itu sudah biasa bagi mereka.
            Ritual jumat pahing dimulai dari masjid jami’ menggoro tembarak temanggung. Baik secara kelompok mau pun indifidu, biasanya ini dilakukan oleh mereka yang mempunyai hajat khusus. Sebelum mujahadaqh biasanya mereka melakukan dziarah kubur terlebih dahulu kemakam mbah kyai pahing yang terletak di dusun ngabean menggoro yang berlokasi tak jauh dari pusat keramaian. Setelah itu baru mereka berdiam diri dimasjid bahkan bisa sampai lupa waktu.
kemudian selesai itu mereka biasanya memuaskan hasrat dengan menjajahi kedai-kedai yang tersebar di sekeliling masjid.
            Bisa dikatakan pengunjung yang datang kedesa tersebut lebih dari 1000 orang. Itu berasal; dari wilayah local temanggung,wonosobo,Kendal, bahkan Jakarta dan beberapa kota besar diwilayah jawabarat dan jawatimur.




3. Curug Tithang

 





          
Ada Yang Baru Di Temanggug Lho...
PASAR PAHING Curug Titang...

Mari Kunjungi dan Ramaikan Pasar PAHING Curug Titang Jalan Durenan Tembarak,Ketitang, Desa NAMPIREJO, Kecamatan TEMANGGUNG, Kabupaten TEMANGGUNG, JAWA TENGAH. Ingat Tiap MINGGU PAHING ya...

                                          
4.  Ruwat Rigen

                                 






Masyarakat di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar “ruwat rigen” dan gelar budaya Kledung dengan harapan panen tembakau lebih baik.
Ruwat rigen dilaksankan di “rest area” Kledung ini ditandai dengan percikan air dari Sendang Kamulyan di Desa Kledung oleh Bupati Temanggung, pada sebuah rigen (lembaran dari anyaman bambu untuk menjemur tembakau).
Ritual ruwatan diawali dengan pengambilan air dari Sendang Kamulyan kemudian diarak ke lokasi ruwatan diiringi grup kesenian dan perwakilan masyarakat dari 13 desa di Kecamatan Kledung masing-masing membawa satu rigen. Setelah ritual ruwatan selesai dilanjutkan pentas kesenian dari masing-masing desa.
maksud dilaksanakan ruwat rigen dan gelar budaya Kledung sebagai dukungan pemerintah Kabupaten Temanggung kepada petani tembakau untuk menanam tembakau mengingat 14 kecamatan dari 20 kecamatan di Temanggung merupakan penghasil tembakau.
Selain itu, katanya, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap tradisi dan kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Kegiatan ini juga sebagai upaya pemanfaatan “rest area” Kledung yang diharapkan menjadi titik pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kecamatan Kledung khususnya dan Kabupaten Temanggung pada umumnya.
5. Nyadran

Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah memiliki beragam tradisi nyadran yang unik. Tradisi ini rutin digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.





Tradisi Nyadran Unik dari Temanggung untuk Sambut Ramadan
Tradisi nyadran di Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung, Jateng, Jumat, 13 April 2018. 

Inibaru.id – Bulan Ramadan sebentar lagi tiba, nih, Millens! Untuk menyambut bulan suci umat Islam tersebut, masyarakat di setiap daerah biasanya memiliki tradisinya masing-masing. Nah, begitu pula dengan masyarakat dari Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Kabupaten ini mempunyai tradisi sadranan atau nyadran yang bermacam-macam. Tradisi ini digelar sebagai simbol rasa syukur masyarakat atas berkah yang diterima sekaligus pengharapan agar kehidupan selanjutnya lebih baik. Yuk, simak beragam tradisi Nyadran berikut ini.
Nyadran Tumpeng Agung
Secara umum, sadran merupakan kegiatan mengunjungi makam atau tempat keramat dan memberikan doa pada leluhur. Sejalan dengan makna tersebut, tradisi Nyadran Tumpeng Agung yang dilakukan di Dusun Tanggulangin, Desa Tanggulanom, Kecamatan Selopampang diisi dengan arak-arakan menuju makam leluhur yang dilanjutkan dengan doa bersama.
Dalam arak-arakan itu, warga membawa gunungan “Tumpeng Agung” yang berisi uang kertas dan beragam hasil bumi seperti daun tembakau, buncis, cabai, bawang putih, dan bawah merah. Hasil bumi tersebut merupakan bukti kesuburan tanah desa yang berada di lereng Gunung Sumbing ini. Antaranews.com (2/5/2018) menulis, masyarakat juga membawa tenong yang berisi nasi putih sebagai lambang kesucian dan aneka masakan serta buah-buahan. Sajian tersebut lantas dimakan bersama-sama pada akhir kegiatan.
Nyadran Pasarean Kiai Demang
Mengutip Jateng.merdeka.com (5/5/2017), Nyadran Pasarean Kiai Demang dilakukan setiap Jumat Kliwon pada bulan Ruwah atau Rajab oleh warga Dusun Demangan, Desa Candimulyo, Kecamatan Kedu.
Tradisi ini diawali dengan prosesi doa bersama. Setelah itu, masyarakat mengarak tenong menuju makam Kiai Demang dan menyantap makanan yang mereka bawa. Tenong itu berisi nasi, daging ayam, daging kambing, dan kudapan lainnya yang dimasak sendiri oleh warga. Eits, masakan-masakan yang memang ditujukan untuk tradisi ini nggak boleh dicicipi kecuali ritual sudah dimulai. Konon, jika dimakan terlebih dahulu, malapetaka bisa muncul.
Nyadran Luhur Pringapus
Dalam tradisi yang dilakukan di Desa Pringapus, Kecamatan Ngadirejo ini, warga membersihkan makam pepunden desa dan membaca tahlil bagi arwah leluhur. Yang unik, meskipun tradisi ini dilakukan umat Islam, masyarakat tumpah ruah bersama di dalam kompleks Candi Pringapus, bangunan milik umat Hindu. Mereka berdoa dengan khusyuk dan menyantap masakan bersama-sama. Nyadran Luhur digelar setiap Jumat terakhir sebelum bulan Ramadan, seperti ditulis Antaranews.com (19/5/2017).


Komentar

Posting Komentar